Setiap kali Rabi’ul awal menjelang. Maka hampir diseluruh pelosok negeri ini dan dunia, umat muslim, terlebih para pendakwah memperingati hari kelahiran Rasulullah saw. Dibalik perayaan ini ada makna besar yang tersimpan dan patut kita renungi yang tentunya bukan hanya sebatas seremonial belaka.
Perayaan ini bagi sebagian orang pun dijadikan sebagai pelepas rindunya kepada sosok sauri tauladan yang patut kita contoh. Yah dialah Nabi Muhammad saw, Rasul yang sangat berjasa buat umat muslim hingga diakhir pengujung kehidupan nanti.
Kerinduan inilah yang akan membentuk dorongan yang kuat untuk terus menjayakan perjuangan ini kerana kita memahami bahwa kerinduan ini tidak akan terobati kecuali dengan bertemu dengan Rasulullah saw.
Untuk bertemu dengan Rasulullah saw, bukanlah perkara mudah. Bukan pulah perkara yang sulit. Cukup menjalankan amalan-amalan Rasulullah dan Al’quran, serta menjalankan perintah Allah SWT dan menjahui larangannya, insya Allah kita dapat berkumpul dengannya kelak. Amin
Umat Islam terdahulu, karena kerinduannya yang sangat kepada Rasulullah saw,telah mendorong mereka untuk terjun dalam medan jihad pertempuran karena ingin cepat menjadi syuhada agar cepat pula bertemu dengan Rasulullah saw, (Subahanallah).
Kelahiran Muhammad Saw
Muhammad Rasulullah saw. dilahirkan di tengah- tengah keluarga Bani Hasyim di Makkah el Mukarramah di bulan Rabi’ul Awwal (musim bunga), pada hari Senin, tanggal 12 Rabi’ul Awwal permulaan tahun dalam peristiwa gajah (al fiil); bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 April tahun 571 M, dan empat puluh tahun setelah berkuasanya Kisra Anusyirwan di Parsi.
Walaupun ada juga sebagian ulama tarikh yang berpendapat bahwa beliau lahir pada subuh pagi, Senin tanggal 9 Rabi’ul Awwal tahun Fil pertama.
Nabi Muhammad saw mempunyai dua orang tua yang sangat cinta dan sayang padanya yakni Abdullah ayahnya (hamba Allah), dan Aminah ibunya (yang memberi rasa aman), kakeknya
dipanggil Abdul Muthallib yang namanya adalah Syaibah (orang tua yang bijaksana).
Sementara bidan yang membantu ibunya melahirkan bernama Asy-Syifa’ (yang sempurna dan sehat) yang adalah ibu dari sahabat Abdurrahman bin AufR.An hu. Sementara perempuan yang menyusuhkannya adalah Halimah As-Sa’ diyah..
Semua nama-nama itu, sungguh telah mengisyaratkan keistimewaan berkaitan dengan Nabi Muhammad SAW yang dipilihkan oleh Allah Azza wa Jalla. Makna nama-nama tersebut menurut para Ulama memiliki kaitan yang erat dengan keperibadian Nabi Muhammad SAW.
Wafat-Nya Nabi Muhammad Saw
Nabi Muhammad saw wafat pada tanggal 12 Rabiulawal 11 H atau tanggal 8 Juni. Setelah rasul meninggal, seketika itu pula kota Madinah bising dengan tangisan ummat Islam.
Beberapa waktu kemudian, seorang arab badui menemui Umar ra dan meminta ia menceritakan akhlak Muhammad. Umar ra kemudian menangis mendengar permintaan itu. Ia tak sanggup berkata apa-apa. Ia menyuruh Arab badui tersebut menemui Bilal ra.
Setelah ditemui dan diajukan permintaan yang sama, Bilal ra pun menangis, ia tak sanggup menceritakan apapun. Bilal hanya dapat menyuruh orang tersebut menjumpai Ali bin Abi Thalib ra.
Orang Badui ini mulai heran. Dan bertanya-tanya. Bukankah Umar merupakan seorang sahabat senior Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan sahabat setia Nabi. Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad, Orang Badui ini pun mulai heran.
Orang Badui ini mulai heran. Dan bertanya-tanya. Bukankah Umar merupakan seorang sahabat senior Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan sahabat setia Nabi. Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad, Orang Badui ini pun mulai heran.
Dengan berharap-harap cemas, Badui ini menemui Ali ra. Ali dengan linangan air mata berkata, “Ceritakan padaku keindahan dunia ini!”
Badui ini menjawab,“Bagaimana mungkin aku dapat menceritakan segala keindahan dunia “ ujarnya.
Ali ra pun berkata Engkau tak sanggup menceritakan keindahan dunia padahal Allah telah berfirman bahwa sungguh dunia ini kecil dan hanyalah senda gurau belaka, lalu bagaimana aku dapat melukiskan akhlak Muhammad saw, sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh Muhammad memiliki budi pekerti yang agung! (QS. Al-Qalam[68]:
Badui ini lalu menemui Siti Aisyah r.a. Isteri Nabi saw. Khumairah sapaan Siti Aisyah ra hanya menjawab, khuluquhu al-Quran (Akhlaknya Muhammad itu Al-Quran). Seakan-akan Aisyah ingin mengatakan bahwa Nabi saw itu bagaikan Al-Quran berjalan.
Badui ini lalu menemui Siti Aisyah r.a. Isteri Nabi saw. Khumairah sapaan Siti Aisyah ra hanya menjawab, khuluquhu al-Quran (Akhlaknya Muhammad itu Al-Quran). Seakan-akan Aisyah ingin mengatakan bahwa Nabi saw itu bagaikan Al-Quran berjalan.
Badui ini tidak puas, bagaimana bisa ia segera menangkap akhlak Nabi kalau ia harus melihat ke seluruh kandungan Quran. Aisyah akhirnya menyarankan Badui ini untuk membaca dan menyimak QS Al-MuÃminun [23]: 1-11.
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya,” QS Al-MuÃminun [23]: 1-11.
Bagi para sahabat, masing-masing memiliki kesan tersendiri dari pergaulannya dengan Nabi sallAllahu Ãlayhi wasallam. Kalau mereka diminta menjelaskan seluruh akhlak Nabi, linangan air mata-lah jawabannya, karena mereka terkenang akan junjungan mereka.
Paling-paling mereka hanya mampu menceritakan satu fragmen yang paling indah dan berkesan dalam interaksi mereka dengan Nabi terakhir ini.
Mari kita kembali ke Aisyah. Ketika ditanya, bagaimana perilaku Nabi saw, Aisyah hanya menjawab, semua perilakunya indah. Ketika didesak lagi, Aisyah baru bercerita saat terindah baginya, sebagai seorang isteri.
Mari kita kembali ke Aisyah. Ketika ditanya, bagaimana perilaku Nabi saw, Aisyah hanya menjawab, semua perilakunya indah. Ketika didesak lagi, Aisyah baru bercerita saat terindah baginya, sebagai seorang isteri.
“Ketika aku sudah berada di tempat tidur dan kami sudah masuk dalam selimut, dan kulit kami sudah bersentuhan, suamiku berkata, Ya Aisyah, izinkan aku untuk menghadap Tuhanku terlebih dahulu”.
Apalagi yang dapat lebih membahagiakan seorang isteri, karena dalam sejumput episode tersebut terkumpul kasih sayang, kebersamaan, perhatian dan rasa hormat dari seorang suami, yang juga seorang utusan Allah.
Nabi Muhammad sallAllahu alayhi wasallam, suatu ketika sempat membuat khawatir hati Aisyah ketika menjelang subuh Aisyah tidak mendapati suaminya disampingnya. Aisyah keluar membuka pintu rumah. terkejut ia bukan kepalang, melihat suaminya tidur di depan pintu.
Nabi Muhammad sallAllahu alayhi wasallam, suatu ketika sempat membuat khawatir hati Aisyah ketika menjelang subuh Aisyah tidak mendapati suaminya disampingnya. Aisyah keluar membuka pintu rumah. terkejut ia bukan kepalang, melihat suaminya tidur di depan pintu.
Aisyah berkata “Mengapa engkau tidur di sini?” Nabi Muhammmad menjawab, “Aku pulang sudah larut malam, aku khawatir mengganggu tidurmu sehingga aku tidak mengetuk pintu. itulah sebabnya aku tidur di depan pintu,” subahanallah, sungguh mulia sikap rasul kita ini.
Sekarang mari kita berkaca dari diri masing-masing. Bagaimana perilaku kita terhadap isteri kita? Terhadap sesama kita, tehadap orang-orang yang “kasta-nya” di bawah kita, terhadap semua golongan manusia. Coba kita renungkan kawan.
Nabi saw sudah mengingatkan kita mengenai pentingnya menjaga istri, karena sungguh kamu akan ditanya dihari akhir tentangnya. Para sahabat pada masa Nabi memperlakukan isteri mereka dengan hormat, mereka takut kalau wahyu turun dan mengecam mereka.
Dari kisah-kisah ini dan gambaran diatas semoga saja kita umat baginda rasulullah saw bisa memtik hikmah atas ajaran beliau. Betapa beruntungnya kita menjadi umatnya. Marilah kita mengikuti ajaran dan sunnah-sunnah yang beliau berikan kepada kita semua, agar dapat selamat dunia dan akhirat. Wassalam.
OLeh: Mustadir Darusman
Makassar 15 Februari 2011.
Sumber:
- Beberapa literatur dari internet
- Al-Quran








Posting Komentar
Silahkan beri komentar dan jangan komentar spam ya. thanks :):